Tantangan <i>Paradox of Plenty</i> Pembangunan Daerah di Aceh Setelah Dua Dekade Otonomi Khusus
Abstrak
Aceh sebagai region yang kaya akan sumber daya alam sampai saat ini masih terjebak dalam fenomena paradox of plenty. Hal ini menjadi ironis jika melihat Aceh yang menjadi region termiskin se-Pulau Sumatera dan kesejahteraan masyarakatnya rendah. Ini tentu sangat kontras bahwa semestinya kekayaan SDA mampu membawa Aceh menjadi lebih sejahtera baik dari berbagai sisi. UU No. 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Aceh pada dasarnya lahir sebagai upaya pemerintah untuk mengeluarkan Aceh dari kubah paradox of plenty. Artinya tidak lain tujuan dari upaya tersebut adalah kesejahteraan bagi Aceh. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode library research. Sementara tahapan penelitian ini terdiri atas identifikasi masalah, penelusuran kepustakaan, maksud dan tujuan penelitian, pengumpulan data, analisa dan penafsiran data, serta pelaporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otonomi khusus tidak mampu membawa Aceh keluar dari fenomena paradox of plenty. Artinya tujuan kesejahteraan dengan menciptakan kemiskinan yang rendah, IPM yang tinggi, IDI yang tinggi, serta pengangguran yang rendah tampaknya masih belum bisa dituntaskan. Selain itu hadirnya pengaturan otonomi khusus bagi Aceh ternyata melahirkan tantangan baru di bidang tata kelola. Selama ini kucuran dana otonomi khusus belum mampu dikelola secara merata sehingga kesenjangan ekonomi dan sosial masih saja terjadi di Aceh. Ada kecenderungan pelaksanaan otonomi khusus Aceh selama dua dekade justru dimanfaatkan oleh kelompok tertentu yang berkelindan politik. Kucuran DOKA yang dimulai tahun 2008 dari pemerintah pusat belum dirasakan oleh masyarakat Aceh sampai hari ini. Temuan ini tentu menjadi refleksi kritis bagi pemerintah untuk mengevaluasi pengaturan asimetris ini secara komprehensif dan berkelanjutan demi kesejahteraan Aceh.
Kata Kunci
sumber daya alam, otonomi khusus, paradox of plenty, pembangunan kesejahteraan
Referensi
- Adinda, C. (2021, February 18). Aceh Jadi Provinsi Termiskin Karena Salah Kelola. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210218163147-4-224396/aceh-jadi-provinsi-termiskin-karena-salah-kelola
- Ali, S. Z. (2019). The Management Model of Aceh’s Special Autonomy Fund. Jurnal Bina Praja, 11(2), 159–170. https://doi.org/10.21787/jbp.11.2019.159-170
- Amundsen, I. (2014). Drowning in Oil: Angola’s Institutions and the “Resource Curse.” Comparative Politics, 46(2), 169–189. https://www.jstor.org/stable/43664097
- Annisa. (2019, January 6). Peneliti Ungkap Kegagalan Realisasi Dana Otonomi Khusus Aceh. Law Justice. https://www.law-justice.co/artikel/58218/peneliti-ungkap-kegagalan-realisasi-dana-otonomi-khusus-aceh/
- Aspinall, E. (2007). The Construction of Grievance: Natural Resources and Identity in a Separatist Conflict. The Journal of Conflict Resolution, 51(6), 950–972. https://www.jstor.org/stable/27638587
- Auty, R. M. (Ed.). (2004). Resource Abundance and Economic Development. Oxford University Press. https://doi.org/10.1093/0199275785.001.0001
- Benjaminsen, T. A. (1997). Natural Resource Management, Paradigm Shifts, and the Decentralization Reform in Mali. Human Ecology, 25(1), 121–143. https://doi.org/10.1023/A:1021940004348
- Bertrand, J. (2019). Indonesia: ‘Special Autonomy’ for Aceh and Papua (Occasional Paper No. 31; Occasional Paper Series). Forum of Federations.
- Besley, T., & Persson, T. (2010). State Capacity, Conflict, and Development. Econometrica, 78(1), 1–34. https://www.jstor.org/stable/25621395
- Brunnschweiler, C. N., & Bulte, E. H. (2008). The Resource Curse Revisited and Revised: A Tale of Paradoxes and Red Herrings. Journal of Environmental Economics and Management, 55(3), 248–264. https://doi.org/10.1016/j.jeem.2007.08.004
- Corden, W. M., & Neary, J. P. (1982). Booming Sector and De-Industrialisation in a Small Open Economy. The Economic Journal, 92(368), 825. https://doi.org/10.2307/2232670
- Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (4th ed.). SAGE Publications.
- de Jouvenel, B. (2017). Economics and the Good Life: Essays on Political Economy (D. Hale & M. Landy, Eds.; 1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781351312448
- Dewi, E., Munawiyah, M., & Nurzalikha, S. (2018). Returning Government Policy for Poverty Reduction in Aceh. Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences, 1(4), 40–49. https://doi.org/10.33258/birci.v1i4.89
- Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan. (n.d.). Bagaimana Pemanfaatan Dana Otsus. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan. https://djpk.kemenkeu.go.id/?ufaq=bagaimana-pemanfaatan-dana-otsus
- Fahmi, M., Sahara, S., & Purnamadewi, Y. L. (2020). The Impact of Disparity in Infrastructure Development on Aceh’s Economic Performance: An Inter-Provincial Analysis. Economics and Finance in Indonesia, 66(2), 141–156. https://doi.org/10.47291/efi.v66i2.674
- Fiorillo, F., Giuranno, M. G., & Sacchi, A. (2021). Asymmetric Decentralization: Distortions and Opportunities. Economia Politica, 38(2), 625–656. https://doi.org/10.1007/s40888-020-00211-7
- Gelb, A. H. (1988). Oil Windfalls: Blessing or Curse? Oxford University Press.
- Ikhsan, Suwaryo, U., Yani Yuningsih, N., & Van Ylst, F. (2020). Special Autonomy Fund to Reduce Poverty: Does It Work? Humanities & Social Sciences Reviews, 8(3), 362–370. https://doi.org/10.18510/hssr.2020.8339
- Isa, M., Islahuddin, & Nadirsyah. (2015). The Effects of Special Autonomy Fund and Oil and Gas Revenue Sharing on Education Spending and the Quality of Education: The Case of Districts and Cities in Aceh. Jurnal Akuntansi, 4(2), 26–31. http://jurnal.unsyiah.ac.id/JAA/article/view/4464
- Le Billon, P. (2001). The Political Ecology of War: Natural Resources and Armed Conflicts. Political Geography, 20(5), 561–584. https://doi.org/10.1016/S0962-6298(01)00015-4
- Mediyanti, S. (2019). Analisis Dampak Penggunaan Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Aceh. Jurnal ILMAN (Jurnal Ilmu Manajemen), 7(1), 56–60. https://doi.org/10.35126/ilman.v7i1.90
- Mehlum, H., Moene, K., & Torvik, R. (2006). Cursed by Resources or Institutions? The World Economy, 29(8), 1117–1131. https://doi.org/10.1111/j.1467-9701.2006.00808.x
- Meliza, M., & Murtala, M. (2020). Analisis Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 3(1), 27–38. https://doi.org/10.29103/jeru.v3i1.3199
- Rahma, H., Fauzi, A., Juanda, B., & Widjojanto, B. (2021). Fenomena Natural Resource Curse dalam Pembangunan Wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia, 21(2), 148–163. https://doi.org/10.21002/jepi.v21i2.1358
- Raza, H., Fahmi, F., & Meutia, R. (2018). Difference Analysis of the Autonomy of Extended Regencies in Aceh Province Indonesia. In Emerald Reach Proceedings Series (Vol. 1, pp. 53–61). Emerald Publishing Limited. https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/978-1-78756-793-1-00093/full/html
- Ross, M. (2001). Does Oil Hinder Democracy? World Politics, 53(3), 325–361. https://doi.org/10.1353/wp.2001.0011
- Ross, M. (2003). The Natural Resource Curse: How Wealth Can Make You Poor. In I. Bannon & P. Collier (Eds.), Natural Resources and Violent Conflict: Options and Actions (pp. 17–42). World Bank.
- Sholikin, A. (2020). Teori Kutukan Sumber Daya Alam (Resource Curse) dalam Perspektif Ilmu Politik. Madani: Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan, 12(1), 24–40. https://doi.org/10.52166/madani.v12i1.1898
- Sukarniati, L., & Lubis, F. R. A. (2021). Determinants of Local Original Income the Era of Special Autonomy for the Government of Aceh Province. Optimum: Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, 11(1), 92–107. https://doi.org/10.12928/optimum.v11i1.3608
- Tadjoeddin, M. Z. (2007). A Future Resource Curse in Indonesia: The Political Economy of Natural Resources, Conflict and Development (No. 35; CRISE Working Paper).