Beralih ke menu navigasi utama Beralih ke bagian utama Beralih ke bagian footer website

Catatan Evaluatif Tri Lustrum Otonomi Khusus Aceh

Abstrak

Tri lustrum implementasi otonomi khusus di Aceh membutuhkan evaluasi pada seluruh dimensi otonomi daerah. Catatan evaluasi menjadi penting sebagai pijakan untuk menyusun kerangka kebijakan otonomi khusus pada masa mendatang. Kajian ini hendak menyajikan catatan korektif terhadap implementasi otonomi khusus di Provinsi Aceh beserta Kabupaten dan Kota di dalamnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi literatur dan analisis spasial. Kebaruan yang disajikan dalam artikel ini ialah hadirnya pembahasan multidimensi otonomi khusus untuk melihat kinerja Aceh selama lima belas tahun. Urgensinya, besaran Dana Otonomi Khusus untuk tahun keenam belas sampai dengan tahun kedua puluh yang besarnya setara dengan 1% (satu persen) plafon Dana Alokasi Umum (DAU) Nasional. Perubahan spasial terjadi secara signifikan dalam lima belas tahun terakhir sudah terjadi di Aceh walaupun masih lamban dibandingkan daerah lain di Sumatera. Persoalan lain yang muncul dalam studi ini adalah mandeknya posisi Aceh sebagai daerah yang belum mandiri secara fiskal. Dimensi politik turut menyajikan fakta d imana preferensi politik masyarakat terhadap partai lokal di Aceh mengalami pelemahan. Kajian ini juga menyoroti ketiadaan suatu acuan baku terkait pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Aceh, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Kesimpulannya, otonomi khusus di Aceh belum berjalan optimal dan membutuhkan reformasi kebijakan Otonomi Khusus sebagai upaya korektif atas sejumlah persoalan yang disampaikan dalam kajian ini.

Kata Kunci

Aceh, Desentralisasi, Evaluasi, Otonomi Khusus

PDF (English)

Referensi

  1. Abdurahman, A., & Dewansyah, B. (2019). Asymmetric Decentralization and Peace Building: A Comparison of Aceh and Northern Ireland. PADJADJARAN: Jurnal Ilmu Hukum (Journal of Law), 6(2), 254–275. https://doi.org/10.22304/pjih.v6n2.a3
  2. Allain-Dupré, D., Chatry, I., & Moisio, A. (2020). Asymmetric Decentralisation: Trends, Challenges and Policy Implications (No. 10; OECD Regional Development Papers). https://doi.org/10.1787/0898887a-en
  3. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2021). Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
  4. Bappeda Kota Banda Aceh. (2014, March 22). Basajan. Bappeda Kota Banda Aceh. https://bappeda.bandaacehkota.go.id/program-strategis/basajan/
  5. Baskaran, T. (2011). Fiscal Decentralization, Ideology, and the Size of the Public Sector. European Journal of Political Economy, 27(3), 485–506. https://doi.org/10.1016/j.ejpoleco.2011.03.003
  6. Cahyono, H. (2012). Evaluasi atas Pelaksanaan Otonomi Khusus Aceh: Gagal Menyejahterakan Rakyat dan Sarat Konflik Internal. Jurnal Penelitian Politik, 9(2). https://doi.org/10.14203/jpp.v9i2.227
  7. CNN Indonesia. (2022, February 2). Data BPS: Aceh Masih Jadi Provinsi Termiskin di Sumatra. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220202140455-532-754072/data-bps-aceh-masih-jadi-provinsi-termiskin-di-sumatra
  8. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI. (2020). Kajian Fiskal Regional Triwulan I 2020. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI.
  9. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI. (2021). Evaluasi Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh [Materi FGD]. https://djpk.kemenkeu.go.id/?p=20129
  10. Handra, H., Suratman, E., Siddik, M., & Kholis, N. (2018). Evaluasi Pemanfaatan Dana Otonomi Khusus Aceh 2008-2017. Kompak. https://kompak.or.id/id/article/evaluasi-pemanfaatan-dana-otonomi-khusus-aceh-2008-2017
  11. Kaho, J. R. (2012). Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. PolGov.
  12. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh. (2018). Kajian Fiskal Regional Aceh Triwulan I Tahun 2018 [Quarterly Flash Report]. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh.
  13. Kis-Katos, K., & Sjahrir, B. S. (2017). The Impact of Fiscal and Political Decentralization on Local Public Investment in Indonesia. Journal of Comparative Economics, 45(2), 344–365. https://doi.org/10.1016/j.jce.2017.03.003
  14. KPPOD. (2020). Daya Saing Berkelanjutan: Studi Pemeringkatan di 365 Kabupaten. KPPOD.
  15. KPPOD. (2021). Otonomi Daerah: Gagasan dan Kritik (Refleksi 20 Tahun KPPOD). Penerbit Buku Kompas.
  16. Maryati, M., Isya, M., & Azmeri, A. (2018). Studi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 1(1), 81–89. https://doi.org/10.24815/jarsp.v1i1.10373
  17. Miller, M. A. (2004). The Nanggroe Aceh Darussalam Law: A Serious Response to Acehnese Separatism? Asian Ethnicity, 5(3), 333–351. https://doi.org/10.1080/1463136042000259789
  18. Muluk, M. R. K. (2009). Peta Konsep Desentralisasi & Pemerintahan Daerah. ITS Press.
  19. Muluk, M. R. K. (2021). Systematic Literature Review on Asymmetric Decentralization. BISNIS & BIROKRASI: Jurnal Ilmu Administrasi Dan Organisasi, 28(2), 96–105. https://doi.org/10.20476/jbb.v28i2.1036
  20. Perkuat Tata Kelola Ekonomi, Daerah Berdaya Saing Berkelanjutan. (2021). KPPOD Brief, Edisi Khusus 20th KPPOD. https://www.kppod.org/brief/show?id=35
  21. Rahma, I. (2019). Partisipasi Publik dan Keterbukaan Informasi dalam Penyusunan Kebijakan. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 14(1), 81–96. https://doi.org/10.33059/jhsk.v14i1.1101
  22. Rahmatunnisa, M., Hindersah, R., & Achmad, T. H. (2018). Why Regions with Archipelagic Characteristics in Indonesia Also Need Asymmetric Decentralization? Jurnal Bina Praja, 10(2), 251–261. https://doi.org/10.21787/jbp.10.2018.251-261
  23. Ristek-BRIN. (2020). Panduan Indeks Daya Saing Daerah 2020. Ristek-BRIN.
  24. Sanur, D. (2020). Implementasi Kebijakan Otonomi Khusus di Aceh. Jurnal Politica: Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan Hubungan Internasional, 11(1), 65–83. https://doi.org/10.22212/jp.v11i1.1580
  25. Schneider, A. (2003). Decentralization: Conceptualization and Measurement. Studies in Comparative International Development, 38(3), 32–56. https://doi.org/10.1007/BF02686198
  26. SDC Decentralization Team. (2001). Guide to Decentralization (E. Schläppi, Ed.). SDC.
  27. Setyadi, A. (2019, May 16). Perolehan Kursi Turun, Caleg Partai Aceh Dinilai Kurang Pengaruh. detikNews. https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh-dinilai-kurang-pengaruh
  28. Shair-Rosenfield, S., Marks, G., & Hooghe, L. (2014). A Comparative Measure of Decentralization for Southeast Asia. Journal of East Asian Studies, 14(1), 85–108. https://doi.org/10.1017/S1598240800009590
  29. Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2011). Pembangunan Ekonomi (A. Dharma, Trans.; 11th ed.). Erlangga.
  30. Usman. (2021). Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal di Aceh Pasca Perdamaian. Serambi Akademica: Jurnal Pendidikan, Sains, Dan Humaniora, 9(4), 520–537. https://doi.org/10.32672/jsa.v9i4.3069
  31. Zhang, T., & Chen, C. (2018). The Effect of Public Participation on Environmental Governance in China–Based on the Analysis of Pollutants Emissions Employing a Provincial Quantification. Sustainability, 10(7), 2302. https://doi.org/10.3390/su10072302

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Metrik

Metrik sedang dimuat ...